Selasa, 11 Juli 2017

Bandar Bola - Pasutri Ini Memasukkan “Bapaknya yang Sakit” Dalam Keranjang, dan Ketika Akan “Dibuang ke Jurang”, Tak Disangka Anaknya Mengikuti dari Belakang, Mengatakan Seperti Ini, Seketika Membuat Mereka …

Pasutri Ini Memasukkan “Bapaknya yang Sakit” Dalam Keranjang, dan Ketika Akan “Dibuang ke Jurang”, Tak Disangka Anaknya Mengikuti dari Belakang, Mengatakan Seperti Ini, Seketika Membuat Mereka …


Bandar Bola - Pepatah lama mengatakan, “Tidak ada anak yang berbakti saat di usia senja terbaring sakit tak berdaya di ranjang”.

Adalah pak Zhang, orang tua berusia enam puluh tahun ini, sudah lebih dari dua tahun terbaring sakit di ranjang, terombang ambing antara hidup dan mati, sangat tersiksa didera oleh sakitnya karena usia tua.

Awalnya, Fang Jian-kui, anak laki-laki pak Zhang dan manantunya masih cukup sabar merawatnya, tapi lama kelamaan mereka menjadi jengkel, dan berharap lebih baik segera ke “dunia lain”(meninggal).

Terutama menantunya, yang selalu marah-marah melihat mertuanya yang sakit itu BAK/BAB di ranjang, sehingga membuat pak Zhang beberapa kali sudah berharap segera mati saja.

Malam itu, lagi-lagi pak Zhang BAB di tempat tidur, namun, karena tak ingin merepotkan putra dan menantunya, pak Zhang berusaha untuk duduk, tapi tak berdaya, malah terjerembab di ranjang.

“Pa, kalau mau BAB panggil kami saja, kalau begini kan malah lebih susah dibersihkan, coba lihat sendiri kotorannya di mana-mana,” kata putranya jengkel.

“Nak, bapak merasa tidak enak karena telah merepotkan kalian, jadi,bapak ingin membersihkannya sendiri,” kata pak Zhang dengan mata sembab.

“Memangnya bapak bisa membereskannya ? Sepertinya memang sengaja, karena melihat kami terlalu santai, dasar pak tua!” cetus putranya dengan kesal.

Pak Zhang hanya diam membisu mendengar makian putranya.

Setelah ranjangnya dibersihkan dan mengganti seprai yang baru, pak Zhang baru berkata : “Nak, aku ingin bicara denganmu.”

Pak Zhang meminta putranya membawanya ke tepi jurang di atas sebuah bukit, ia ingin mengakhiri hidupnya, lebih cepat lebih baik, tak sanggup lagi menahan siksaan sakit yang dideritanya di dunia ini.


 Mendengar permintaan bapaknya, Fang Jian-kui, tidak banyak berkata, ia hanya mengatakan : “Pak, bapak mau aku dicaci-maki orang seumur hidup ya ?”

“Nak, aku tidak akan merepotkan kamu kalau aku bisa berjalan sendiri. Aku merasa lebih baik mati saja daripada hidup tersiksa seperti ini, aku mohon nak.” kata pak Zhang tenang.

“Kondisi ekonomi keluara sekarang juga cukup memprihatinkan, kamu tidak perlu susah-susah memikirkan biaya peti mati kalau kamu membuang aku ke jurang. Semua ini atas kemauanku sendiri dan aku ikhlas nak, tidak ada hubungannya denganmu, dan Tuhan juga tahu,” lanjutnya.

Mendengar itu, menantunya langsung mengangguk sambil berkata : “Apa yang bapak bilang benar sekali, lebih baik mati saja daripada hidup menderita setiap hari seperti ini. Kami akan merajut sebuah keranjang besar, membawa bapak ke atas bukit, kemudian melempar ke jurang.”

Keesokan harinya, keranjang itu pun selesai dirajut mereka.

Suami-istri ini kemudian mengangkat bapak mereka ke luar desa begitu Matahari senja terbenam.

Sesampainya di puncak bukit, mereka terkejut karena putra mereka ternyata terus mengikuti mereka.

“Ming-ming, ibu kan sudah bilang jangan ke sini, ayo cepat pulang !” kata ibunya.

Tapi, Ming-ming tak bergeming.

Ayahnya pun langsung naik pitam : “Mau pulang tidak? Atau mau ditonjok?”

“Ayah-ibu, tolong nanti keranjangnya disimpan ya,” kata Ming Ming, putranya.

“Untuk apa ?” Tanya ayahnya bingung.

“Nanti kalau ayah-ibu sudah tua dan tidak bisa bergerak, aku kan bisa menggunakan keranjang itu dan membuang kalian ke jurang!” Kata putranya dengan santai, tapi sangat bermakna.

“Ayo bawa bapak pulang!” kata Fang Jian-kui pada istrinya.


 Sepatah kata cucunya yang cerdas bukan saja telah menyelamatkan nyawa pak Zhang, tapi juga terjadi perubahan yang tak terduga di usia senjanya.

Dan tak disangka, menantunya yang dulu tak pernah sekalipun membantu membersihkan badannya, sekarang secara aktif membersihkan badannya, dan memberinya minum suplemen.

Sementara cucunya juga sering menemaninya, berbincang-bincang dan menggoda kakeknya tertawa.

Diiringi suasana hati yang ceria, kondisi penyakit pak Zhang pun berangsur-angsur membaik.

Dua bulan kemudian, ia sudah bisa turun dari ranjang, dan berjalan normal seperti biasa.

Singkat cerita pak Zhang ternyata bisa bertahan hidup hingga 99 tahun, dan menjadi orang denga usia tertua di desanya.

Dan berbekal itu jugalah, segenap penduduk desa memuji suami isteri Fang Jia-kui sebagai anak yang berbakti, pak Zhang benar-benar beruntung memiliki keluarga yang berbakti kepadanya.

0 komentar:

Posting Komentar