Minggu, 20 Agustus 2017

Bandar Bola Online - Miris! Nasib Anak "PSK", Satu Ibu, Empat Saudara, Ayah Berbeda-beda

Miris! Nasib Anak "PSK", Satu Ibu, Empat Saudara, Ayah Berbeda-beda


Bandar Bola Online - Kehidupan anak-anak yang hidup di tempat 'wisata malam' dengan wanita penghiburnya menarik untuk ditelusuri, apalagi mereka yang hidup dilokalisasi biasanya identik dengan kemiskinan dan terpinggirkan.

Setidaknya itu tampak pada artikel singkat yang diunggah oleh laman dw.com yang berjudul Filipina: Anak-anak dari Wisata 53ks.

Dikutip Tribunjogja.com, Minggu (20/8/2017) artikel itu ditulis oleh Roxana Isabel Duerr dan diunggah dilaman Deutsche Welle.

Disebutkan pada ulasan Isabel, berita foto itu diawali dari gambaran kehidupan anak-anak 'kupu kupu malam' yang harus hidup tanpa ayah.

"Mereka terlihat berbeda dari anak-anak lain, tumbuh tanpa ayah dan dalam kemiskinan. Mereka adalah anak-anak wisatawan 53ks di Filipina."

Ada 10 foto yang diunggah disana yang merekam sejumlah anak yang hidup tanpa ayah karena ibu mereka bekerja sebagai 'kupu kupu malam'.

Berikut beberapa diantaranya:

- Warisan Wisata Seks

Bermain dengan bola basket merupakan aktivitas favorit Ryan. Ayahnya berasal dari Jepang. Ibu Ryan masih bekerja sebagai PSK di sebuah bar di Olongapo. Ryan memiliki empat saudara, juga dengan ayah yang berbeda-beda.

- Hidup Baru

Putra Angela, Samuel, berayahkan seoran warga Swiss. ANgela tidak memiliki kontak lagi dengannya sejak ia mengandung Samuel. Kini Angela bersuamikan orang Filipina, dan terlah dikaruniai bayi. Pekejaannya di bar ia tinggalkan demi suaminya.

- Ditinggal Sebelum Bertemu

Setiap hari Leila menyandang ranselnya yang penuh dengan buku dan pensil. Gadis berusia lima tahun ini tidak sabar lagi untuk bisa pergi ke sekolah tahun depan.

Ayahnya 'kabur' kembali ke Amerika Serikat saat Leila masih berada dalam kandungan.

Kehidupan prostitusi di Filipina itu juga terjadi di beberapa negara di Asia, bahkan boleh disebut, bisnis itu adi bagian tak terpisahkan dihampir seluruh kota yang ada di dunia.

Ada yang terang-terangan, tak sedikit pula yang menjalankan bisnis itu secara diam-diam.

Sisi kehidupan mereka yang berada di dunia itu selalu jadi daya tarik untuk dilihat, baik sekedar penambah wawasan atau pembanding dari pengalaman melihat bisnis prostitusi di sekitar wilayah kita.

Jadi rahasia umum, bisnis itu punya level masing-masing, low class, middle hingga level high class. Rekaman kehidupan kasta low class yang berhasil diabadikan di India.

Koleksi foto itu menawarkan wawasan langka melihat sisi kehidupan para pekerja seks yang tinggal di kawasan red light alias pemukiman yang didominasi rumah bordil terbesar di Asia.

Kawasan itu adalah Sonagachi yang berada di Kolkata, India, daerah yang dibanjiri ratusan rumah bordil dengan model rusun (rumah susun).

Ya, Kolkata memang terkenal mendapatkan julukan sebagai The City of Joy, tentu tak terlepas dari novel karya Dominique Lapierre yang ditulis pada 1985.

Disana (Sonagachi) ada lebih kurang 14.000 pekerja seks yang berasal dari seluruh dunia, bekerja siang hingga malam menjalankan profesi sebagai pelayan seks.

Alasan mereka klasik seperti yang terjadi di hampir seluruh dunia, sebagian besar pekerja seks disana dengan sadar gabung di komunitas itu berharap mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Jalanan yang luas dengan berbagai kehidupan, termasuk sisi kehidupan nokturnal di Sonagachi yang selalu ramai dengan pelanggan dari berbagai usia.

Para pekerja seks memiliki kisah sendiri, beberapa mengklaim telah menemukan kehidupan yang lebih baik sejak tiba di Sonagachi.

Tetapi disisi lain ada pula yang mendapatkan sebaliknya. Ada pengakuan pernah menikah dengan seorang pemabuk selama tujuh tahun. "Dia sering memukuli saya setiap hari. Saya tetap tinggal dengan dia demi putri saya,"katanya perempuan bernama Bina.

Walau pun para pekerja mengaku mendapatkan penghasilan yang lebih baik, tetapi para 'germo' tentu mendapatkan keuntungan dari mereka.

Toh pada akhirnya akan datang masa mereka lanjutnya usia, Maya Banerjee satu diantaranya, dia menghabiskan hidupnya di bisnis itu, dan sekarang sudah terlalu tua jadi komoditas.

0 komentar:

Posting Komentar