Surat Pedas Denny Siregar kepada Din Syamsuddin
www.LigaEmas.com - Tokoh media sosial Denny Siregar
memberikan kritikan pedas dan panas kepada Pak Din Syamsuddin mengenai 9
naga dan Ahok, dia memberikan ulasan yang menarik dan cukup tajam,
berikut tulisannya:
Pak Din & Ilusi Naga
Saya beberapa minggu ini -jujur- agak
heran dengan sikap pak Din. Pak Din dulu setahu saya orangnya kalem dan
bersahaja ketika memimpin Muhammadiyah. Entah kenapa khusus membahas
Ahok ini, saya jadi sering makan cangkir baca ucapan beliau di media.
Gak tahan juga saya untuk tidak mengomentarinya.
Siang, pak Din…
Akhirnya saya tahu kenapa pak Din begitu
frontal dalam menyerang Ahok. Ternyata poin sebenarnya bukan masalah
mulutnya Ahok ataupun surat Al-maidah, tapi masalah naga yang
mencengkeram.
Saya juga kurang jelas masalah naga-naga
itu, yang dimaksud naga itu siapa ya pak? Apakah 9 naga yang terkenal
itu, yang katanya menguasai perekonomian mulai dari pangan sampai
papan?
Kalau memang yang itu, kenapa baru takut sekarang? Dulu kemana aja? Bukankah perekonomian kita sejak dulu dikuasai para naga? Kenapa pak Din tidak protes kepada almarhum Soeharto yang sejak awal memeliharanya? Atau kepada pak mantan yang 10 tahun diam menikmatinya?. Kenapa kok malah ke Ahok? Apakah karena Ahok ras cina dan si naga itu juga – pasti cina?
Pak Din ini seperti lupa, Presiden
sebelumnya gada yang cina, tapi si naga juga bercokol erat disini.
Si
naga yang cina itu menguasai impor pangan, menguasai properti dari ujung
barat sampai timur Jakarta, menguasai banyak hal sampai ke penguasaan
tempat hiburan.
Apa pak Din tidak tahu, para naga itu
tidak penting lu ras apa, lu agama apa, asal lu bisa gua beli semua ada
tanda jadinya. Memangnya uang dan kekuasaan mengenal itu semua? Kalau
masalah uang, semua orang agamanya sama. Coba pikirkan lagi dengan baik.
Para naga itu sudah investasi ratusan triliun rupiah di Jakarta dalam bentuk properti misalnya. Apa mungkin mereka hanya bertaruh di satu orang Cagub saja? Terlalu riskan buat mereka, pak… Jika ada 3 calon, mereka pasti akan pasang di ketiga kakinya. Siapapun yang menang, pemenangnya pasti mereka.. Karena buat mereka, yang penting investasinya tetap aman.
Jadi apa yang harus ditakutkan? Kalau takut, golput aja… Apakah
mengerahkan massa untuk demo trus masalah selesai? Serukan aja, jangan
coblos Ahok.. selesai perkara. Atau mau tidak, serukan jangan coblos
Agus dan Anies sekalian? Kok gada suaranya buat mereka?.
Takut naga kok takutnya ke Ahok, pak? Bukankah wilayah administratif Ahok hanya seluas Jakarta? Harusnya ngomong langsung ke pak Jokowi, “Pak Jokowi, masalah naga ini adalah masalah nasional..”.
Pakde pasti ngomong begini, ” Wahai pak
Din, tidakkah engkau melihat aku sedang memeranginya? Aku putus rantai
makanan mereka di Petral. Aku putus mata pencaharian mereka di sektor
pangan. Aku perang dengan mereka dimana-mana.. Tapi pasti belum selesai.
Menyelesaikan masalah yang sudah berakar begitu lama di Indonesia,
tidak semudah memencet jerawat di hidung anak saya. Crot, selesai
masalah.. Masalah naga ini sudah menjadi kutil yang keras di wajah.
Harus di operasi untuk mengangkat akar-akarnya. Paham, pak Din?
Nah, kenapa Pak Din tidak membantu saya
saja? Laporkan ke saya dan kalau perlu tim pengacara siapkan untuk
melawan penguasaan mereka dimana-mana. Itu lebih baik daripada
menumpahkan masalah ke Ahok semua…”. Plak, plakkk.. tampar aku, bang..
tamparrrr..
Pak Din yang terhormat,
Mungkinkah yang dimaksud naga itu adalah
negara China? Yang katanya mau masuk dan menguasai perekonomian
Indonesia, dan memasukkan banyak tenaga kerjanya ke Indonesia?.
Kalau memang itu, ya tanyakan lagi ke pak Jokowi. Itu masalah nasional, bukan lagi lokal Jakarta. Jawab Pakde lagi, “Wahai, pak Din… Selama ini ekonomi kita modelnya kapitalis dan dikuasai geng Amerika. Pak Din, kok gak protes? Jika China datang dan menawarkan konsep ekonomi baru, kenapa kok malah ribut? Apa bedanya Amerika dan China ? Sama-sama ingin menguasai ekonomi Indonesia?
Lihat tuh perusahaan multinasional di
Indonesia, saham terbesarnya apa punya China semua? Mulai Danone yang
memegang Aqua sampai Unilever yang memproduksi pembalut wanita, bukankah
itu yang pegang matanya belo semua? Kenapa tidak protes juga ke
mereka?. Lagian ngapain pak Din takutnya ke Ahok. Bukankah itu
sepenuhnya masalah saya?”. Jlebb.. Jleeeebb… Perih, kisanak…
Ah, sudahlah pak Din.. Bapak kok jadi
sering muncul di media sekarang ini? Apa karena sudah tidak memegang
kekuatan di Muhammadiyah lagi? Dan sekarang hanya berpredikat “ulama” di
majelis yang penuh dengan “ulama” pulak, yang kadang diminta nasihatnya
dan lebih banyak tidak..
Contohlah Buya Syafii Maarif, senior
bapak.. Beliau mengerti bagaimana mengisi hari tuanya dengan elegan dan
penuh dengan pandangan bijaksana..
Sekali-sekali duduklah dengan Buya, pak.. dan minum kopi bersama.
Siapa tahu nasihat beliau yang
menyejukkan hati bisa menentramkan terbakarnya api di dada pak Din,
akibat bangga yang berlebih dengan agama dan rasnya sendiri, sehingga
selalu curiga pada apa yang terlihat berbeda.. Kapan itu bisa terjadi,
pak?. “Nanti, lebaran naga….”.
0 komentar:
Posting Komentar