Selasa, 29 November 2016

Benarkah Pesawat Jatuh Karena Ulah Pemain Tim Sepak Bola Brasil? Foto-foto Ini Buktinya

Benarkah Pesawat Jatuh Karena Ulah Pemain Tim Sepak Bola Brasil? Foto-foto Ini Buktinya

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/benarkah-pesawat-jatuh-karena-ulah.html

www.LigaEmas.com - Insiden jatuhnya pesawat yang mengangkut para pemain Tim sepak bola Brasil, Chapecoense, di pegunungan Kolombia, menjadi mendung hitam bagi insan sepak bola dunia.

Pesawat itu mengangkut pemain Chapecoense yang hendak menjalani partai Final Copa Sudamerica melawan tim Atletico Nacional.

Pertandingan itu akan berlangsung di Medellin, Kolombia pada Rabu (30/11/2016).

Di pesawat itu tidak hanya berisi pemain sepak bola Brasil. Di sana juga ada masyarakat umum yang satu pesawat dengannya.

Laporan yang dirilis The Daily Mail, sebanyak 76 orang meninggal dunia, dan 'hanya' ada 5 orang di pesawat yang selamat.

Tiga di antara mereka adalah pemain Chapecoense.

Di bawah ini adalah foto pemain Chapecoense yang selamat, yakni pemain bertahan Alan Ruschel.

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/benarkah-pesawat-jatuh-karena-ulah.html

Hingga kini belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat.

Tapi, para pemain Chapecoense ternyata sempat mengambil selfie di dalam pesawat, dan mengunggah di media sosial.


Di antaranya adalah pemain bertahan Alan Ruschel (korban selamat) dan kiper Danilo Padilha.

Bahkan, di antara mereka ada yang mengambil video dan mengunggah ke medsos.

Mereka mengucapkan : "Kolombia, Kami Datang!"

Padahal, sudah jadi rahasia umum, di dalam pesawat berlaku larangan keras untuk menghidupkan ponsel.


Berikut foto-foto selfie mereka :

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/benarkah-pesawat-jatuh-karena-ulah.html

Sementara, Wali Kota Medellin, Federico Gutierrez, mengatakan, pihaknya sangat berduka dengan kejadian ini.

"Ini adalah tragedi besar," kata Gutierrez, kepada Radio Blu dalam perjalanannya ke lokasi di area pegunungan di luar kota itu, tempat pesawat carteran itu diyakini jatuh tidak lama sebelum tengah malam waktu setempat, seperti dikutip dari Antara.

Operasi penyelamatan berjalan sulit, karena hujan deras di lokasi jatuhnya pesawat.

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/benarkah-pesawat-jatuh-karena-ulah.html

Bak Cinderalla

Jatuhnya pesawat tim Chapecoense memang ironis bagi tim dan fans klub asal Brasil tersebut.


Bagaimana tidak, kisah ini bagai menjadi ending menyedihkan dari kisah Chapecoense musim ini yang berjalan bak kisah Cinderella.

Chapecoense adalah tim liliput dari kota kecil Chapeco.

Pada 2014, untuk pertama kalinya sejak 1970, mereka masuk dalam kasta tertinggi Liga Brasil.

Mereka kian berbahagia karena pada pekan lalu, mereka berhasil tembus ke final Copa Sudamericana.

Asal tahu saja, Copa Sudamericana adalah kompetisi antar tim di Amerika Selatan.

Bila di Eropa, kompetisi ini setara dengan Europa League atau Liga Europa.

Chapecoense berhasil menembus final setelah mengalahkan wakil Argentina, San Lorenzo.

Bahaya Menyalakan HP di Pesawat

Mengapa penumpang pesawat dilarang mengaktifkan ponsel atau gadget yang mengeluarkan sinyal?

Berikut penjelasan dikutip dari The National Geographic :

"Setiap orang di dalam pesawat udara selama penerbangan dilarang melakukan: Pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan." Demikian bunyi pasal 54 butir (f) dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/benarkah-pesawat-jatuh-karena-ulah.html

Dua dekade sebelumnya, tepatnya pada 1988, Radio Technical Communication Aeronautics (RCTA), juga telah merekomendasikan larangan menggunakan peralatan elektronik portablepada saat pesawat lepas landas dan mendarat.

Nyatanya, ada saja penumpang yang tidak menonaktifkan atau mengatur flight mode ponsel dalam kabin pesawat.

Padahal peraturannya disosialisasikan di mana-mana, dari tiket sampai kabin pesawat.

Asep Djuanda, Captain Boeing 737 900 ER, mengatakan : "Saat pesawat lepas landas dan mendarat adalah ‘masa kritis’ di mana posisi pesawat berada dekat daratan," kata  "Pada masa itu pilot tidak ingin ada gangguan apapun, terutama pada instrumen navigasi penerbangan akibat pengaktifan ponsel dan laptop."

Baik ponsel maupun sistem komunikasi pesawat sama-sama mengandalkan frekuensi. Ponsel yang terkoneksi Base Transceiver Station (BTS), meski tidak digunakan berkomunikasi, tetap aktif mencari sinyal. Sementara pilot berkomunikasi dengan Air Traffic Control (ATC) yang mengatur lalu lintas udara.

Terjadinya benturan gelombang elektromagnetik akan menimbulkan noise yang mengganggu sistem komunikasi pesawat dan membuat pilot kesulitan mendengar instruksi dari ATC.

R Heru Triharjanto dari Air Safety Investigantion pada Komite Nasional Keselamatan Transportasi dalam kolomonline-nya menyimpulkan, kecelakaan pesawat akibat interferensi peralatan elektronik portable sebetulnya memang masih diperdebatkan.

Hanya 0,08 persen menurut hasil penelitian NASA pada Januari 1986 - Juni 1996.


Namun demi keselamatan penerbangan, lebih baik penumpang tidak mengambil risiko apapun, termasuk mengaktifkan peralatan elektronik portable yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan. 

0 komentar:

Posting Komentar