Minggu, 27 November 2016

Pengusaha Cemas Bangkrut

Pengusaha Cemas Bangkrut

http://ligaemas.blogspot.com/2016/11/pengusaha-cemas-bangkrut.html

www.LigaEmas.com - Kalangan usahawan sedang mengalami masalah serius. Mereka khawatir merugi, bahkan sebagian mulai cemas terancam bangkrut akibat krisis listrik berkepanjangan, menahun. Selama dua bulan terakhir, pasokan listrik defisit, ketersediaan tidak sebanding dengan kebutuhan.

Akibatnya, PLN menerapkan pemadaman bergilir alias biarpet rata-rata 8 jam dalam sehari di Kawasan Industri Medan.

"Saya kena efeknya, pastinya dirugikan dong, karena mengeluarkan biaya yang mestinya tidak perlu dikeluarkan," ujar pengusaha Kota Medan Endy Kartono kepada Harian Tribun/Medan.com, akhir pekan lalu.

Ia mencontohkan, perusahaan yang terancam gulung-tikar alias bangkrut akibat pemborosan pada sektor energi.

"Seperti, industri bergerak di bidang konveksi, dalam satu hari pemadaman, menghabiskan sekitar 90 - 100 liter solar untuk genset. Itu pun dengan catatan delapan jam kerja. Sehingga, bila masalah ini tak terselesaikan pengusaha bakal bangkrut," kata Endy.

Endy Kartono, menandaskan, para pengusaha merasa rugi lantaran pemadaman listrik bergilir karena terpaksa mengeluarkan biaya tambahan. Pengusaha berpendapat, selain terpukul akibat meningkatnya beban listrik, pertumbuhan ekonomi akan terhambat dan jumlah pengangguran semakin banyak bila kebutuhan energi untuk sektor industri enggak terpenuhi. Ia berharap PLN menambah pembangkit listrik.

"Biaya produksi semakin tinggi, tidak seimbang dengan modal sebuah produk yang dipasarkan dengan penjualannya. Pastinya, ekonomi akan terhambat dan terjadi banyak pengangguran dikarenakan para pengusaha mengalami gulung tikar," ujar Endy.

Endy coba menghitung biaya pembelian bahan bakar. Jika harga solar non-subsidi, khususnya untuk industri di wilayah 1, Sumatera, Jawa, Bali dan Madura sebesar Rp 7600 per liter, maka pengusaha harus mengeluarkan biaya tambahan untuk genset sekitar Rp 760 ribu per hari.

Ia mengakui, PLN selalu memberikan penjelasan kepada pengusaha akan adanya pemadaman bergilir dengan dalih pemeliharaan gardu. Dan akibatnya, setrum di kawasan industri sengaja dipadamkan.


"Saya mencoba menghubungi pihak PLN, cuma penjelasan mereka adanya pemeliharaan gardu dan telah kasih informasi lewat media cetak maupun elektronik. Sedangkan, dari pihak PLN tidak memberikan kompensasi apapun terhadap perusahaan yang merugi karena pemadaman," ujarnya.

Menurutnya, pemadaman listrik di Sumut sudah berlangsung cukup lama, sehingga pemerintah harus punya terobosan agar kebutuhan energi di Sumut bisa dipenuhi.

"Intinya, pemadaman tersebut mengakibatkan sejumlah pengusaha merugi karena biaya pengeluaran makin membengkak. Tapi modal penjualan tetap sama. Apabila terus menerus terjadi, maka hal yang paling ditakuti pengusaha bakal gulung tikar," kata Endy.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Devisi Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) tengah mengalami defisit listrik sebsar 60 megawatt. Akibatnya, setiap hari, sore antara pukul 18.00 - 22.00 WIB, ketika beban puncak pemakaian, pemadaman listrik selalu terjadi di Kawasan Industri Medan (KIM).

Defisitnya listrik disebabkan kurangnya daya dari pembangkit akibat pemeliharaan pembangkit listrik di Pangkalan Susu, Langkat, Sumut, dan pembangkit Nagan Raya, Aceh. Pemeliharaan pembangkit tersebut dimulai September, dan diperkirakan selesai Desember 2016.

Berdasarkan pengamatan Tribun Medan/www.tribun-medan.com, di Kawasan Industri Medan Selasa (22/11) malam, hampir seluruh areal listriknya padam. Jalan-jalan di kawasan industri gelap- gulita, tanpa penerangan lampu.

PLN tidak mengalirkan setrum di kawasan industri sejak pukul 18.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Sehingga, masyarakat yang beraktivitas di seputaran kawasan industri terlihat membawa alat penerang alias senter. Apalagi ruas jalan di KIM tergenang air hujan.

Krisis 10 Tahun
Masih menurut Endy Kartono, pemadaman bergilir di kawasan industri mengharuskannya untuk melakukan efisiensi. Meskipun, ia tidak melakukan pengurangan tenaga kerja, namun pengeluaran perusahaan ditekan.

"Kami hanya bisa melakukan efisiensi, apalagi kondisi ekonomi belum stabil, kalau efisiensi tidak bisa lagi dilakukan baru ada pengurangan tenaga kerja," katanya.

"Jika PLN bisa memberikan pelayanan yang terbaik terhadap konsumen, secara otomatis pengusaha fokus kembangkan usahanya secara efektif. Dan bisa menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," ungkap Endy.

Sementara Julius, General Manager Operational pada satu perusahaan penghasil minyak sawit skala besar di Indonesia, mengatakan, perusahaan telah mengantisipasi pemadaman bergilir di kawasan industri.

"Sejak lama ada pemadaman bergilir di Sumut, sehingga perusahaan sudah mengantisipasi pemadaman. Apalagi sudah lama kondisi listrik di Medan kritis, belum surplus," ujar Julius.

Menurut catatan Tribun, selain defisit energi dalam dua bulan ini, tahun lalu juga terjadi krisis besar perlistrikan di Sumatera Utara. Saat itu, pemadaman justru lebih sering dan cakupannya lebih luas.

Kalangan pengusaha, kata Julius, berharap pemerintah harus pro-aktif mengatasi krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara. Apabila defisit listrik masih terus berlangsung, tanpa adanya solusi, besar kemungkinan pertumbuhan sektor industri terhambat.

"Apalagi, sudah bertahun-tahun Sumut belum surplus listrik, ada sekitar 10 tahun. Artinya 10 tahun selalu ada pemadaman bergilir karena daya listrik terbatas," katanya.

Dia menjelaskan, perusahaan telah melakukan serangkaian antisipasi pemadaman listrik. Seperti, mengoperasikan mesin genset saat PLN matikan arus listrik ke pabrik.

"Kami mengoperasikan mesin genset pada masa-masa atau jam-jam pemadaman. Misalnya, pemadaman di puncak pemakaian dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Jadi memang sudah ada anggaran khusus.

Diketahui bersama listrik di Sumut sedang krisis, sering pemadaman di jam-jam tertentu," ujarnya.

Mesin genset pabrik dihidupkan, apabila pasokan listrik dari PLN tidak cukup, sehingga diharapkannya pemerintah dapat menyediakan listrik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan masyarakat Sumut.

Meskipun demikian, ia tidak ingat anggaran yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli solar yang diperlukan mesin genset ketika setrum dari PLN tidak menyala.

Pakai Genset
Staf Humas PT Kawasan Industri Medan (KIM) Johanes, mengklaim belum ada investor yang melayangkan protes kepada PT Kawasan Industri Medan (Persero) terkait pemadaman listrik.

"Memang ada pemadaman bergilir beberapa hari ini, namun belum ada investor yang protes atau mengirimkan surat komplain. Jika ada investor yang mengeluh pasti kirim surat," ujarnya.

Ia menyatakan, PLN selalu memberitahu kepada pelanggan ataupun perusahaan bila ada pemadaman bergilir di kawasan industri. Bahkan, PLN rutin memberi informasi pemadaman di berbagai media cetak maupun radio terkemuka di Kota Medan.

"Biasanya PLN menyampaikan pemberitahuan lewat media kalau ada pemeliharaan maupun pemadaman bergilir. Kalau pemadaman bergilir memang ada sejak lama, dulu ada masuk koran perlu penambahan trafo ataupun daya di KIM. Tapi, sekarang ini tidak ada yang komplain," katanya.

Tidak sedikit, pelaku usaha maklum alias memahami adanya defisit listrik di Sumatera Utara.

Ratusan pabrik yang ada di Kawasan Industri Medan punya genset sendiri.


"Ada ratusan pabrik di kawasan industri, memang pada umumnya setiap industri skala besar ada mesin genset sendiri . Tapi tidak secara menyeluruh punya genset, tentu saja pemadaman itu berpengaruh kepada perusahaan karena mengeluarkan biaya untuk beli bahan bakar," ujarnya. 

0 komentar:

Posting Komentar