Salut kepada Warga Bukit Duri yang Sadar dan Setuju Direlokasi oleh Ahok
www.LigaEmas.net - Sebelum membaca artikel ini, saya harap
banyak orang, khususnya pendukung Pak Ahok untuk membuka mata
lebar-lebar. Saya mengkhawatirkan banyak pendukung Pak Ahok yang masih
labil. Mengapa labil? Karena kebanyakan pendukung senantiasa menganggap
seluruh apa yang dikerjakan selalu benar. Ini merupakan pandangan yang
tidak sehat. Karena seolah-olah memosisikan dia sebagai orang yang tidak
pernah salah.
Kelemahan Pendukung Ahok
Menurut saya ini adalah hal yang sangat
bahaya untuk tingkat kepuasan pendukung kepada Pak Ahok, Sang Gubernur
Petahana. Mengapa? Dengan memosisikan dia di tempat yang sangat tinggi,
maka ekspektasi pun menjadi sangat berat untuk dipenuhi oleh Pak Ahok.
Di satu sisi Pak Ahok adalah manusia biasa
yang mungkin tak luput dari kesalahan. Meskipun di sisi lain ia juga
tercatat di dalam sejarah politisi yang memiliki rekam jejak paling
baik. Jika ingin memenangkan Pak Ahok sebagai gubernur pada Pilkada
Periode kedua nanti, keseimbangan pandangan pendukung terhadap Pak Ahok
harus senantiasa dijaga.
Kelemahan Ahok ibarat mutiara dalam perut kerang..
Kelemahan Pak Ahok ada. Ia bukanlah tipe
orang yang memberikan harapan palsu kepada warganya. Ia bicara apa
adanya dan itulah yang membuat banyak warga sakit hati kepadanya. Sampai
disini warga masih dapat dimaklumi. Mereka tinggal sudah lama.
Kebudayaan sudah terbangun disana. Namun apa boleh dikata, terkadang
kebenaran dan kenyataan itu seperti pil pahit yang harus diminum oleh
pasien agar ada kesembuhan.
Harapan penulis adalah agar pendukung Ahok
dapat melakukan persuasi yang cantik, secantik bagaimana Ahok
mengatakan hal yang jujur kepada warga Bukit Duri yang mau tidak mau
harus direlokasi.. Kelemahan Pak Ahok yang sekaligus menjadi kekuatannya
adalah hatinya yang hangat dan kepalanya yang dingin di dalam
memberitakan keadaan Bukit Duri apa adanya, kepada warga sekitar.
“Ibu mau kan kita relokasi ke rusun? Kita harus lakukan normalisasi sungai. Mau tidak mau rumah di sini harus dibongkar,” kata Ahok saat mengunjungi lokasi banjir di Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (20/2).
Lalu bagaimana respon penduduk disana?
“Kalau rata semua warga dipindahkan dan rumah dibongkar, saya mau. Saya ikutan saja,” kata Ida.
Menurut Pak Ahok, Bukit Duri merupakan
“duri dalam daging” yang dimiliki oleh kota Jakarta. Khususnya di dalam
bagian penataan air. Bukit Duri adalah daerah yang harus terendam air,
oleh karena itu Pak Ahok menawarkan solusi relokasi kepada warga. Namun
duri dalam daging itu seperti seekor kerang yang sedang membuat mutiara.
Pembuatan mutiara tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Perlahan
namun pasti, pendukung Ahok sedang dibina.
Anies Ikut Bersimpati, Terima Kasih Pak Anies.
Anies pun sempat mengunjungi lokasi Cipinang Melayu pada hari yang sama
(20 Februari 2017) di pagi hari.
Anies disana mendengar keluhan warga.
Menurut Anies, warga ikut mengeluhkan soal mandegnya normalisasi dan
berharap normalisasi bisa dilanjutkan.
“Coba nanti diliat rencana 2014, karena
menurut laporan berhenti di 2014, kenapa tidak terlaksana,” katanya.
Aniespun seolah terdiam dan secara halus mendukung langkah Ahok yang
merencanakan untuk normalisasi daerah tersebut. Sepertinya tidak
terlaksananya normalisasi tidak jauh dari hal persetujuan warga.
Warga Yang Dulunya Tidak Suka Ahok…Ternyata Sekarang Melunak
Wargapun menyerah untuk tetap tinggal di
daerah banjir. Lokasi tinggalpun, sepertinya warga sudah menyerah dan
berserah kepada kebijakan Pemprov DKI, yakni yang dikerjakan oleh Pak
Ahok sekarang ini. Jakarta perlu satu pemimpin yang sedikit “kencang” di
dalam melakukan kebijakan. Tepat sekali yang dikerjakan oleh Pak Ahok.
Normalisasi sebagai satu solusi yang paling efektif membebaskan warga
dari ancaman banjir.
Lagi-lagi saya melihat bagaimana
kesungguhan hati Pak Ahok di dalam memikirkan warga Jakarta. Ia tidak
dengan hati dan tangan dingin merelokasi. Ia menggunakan
pendekatan-pendekatan yang persuasif. JIka tetap menolak, maka Pak
Ahok akan memberikan waktu kepada warga yang menolak untuk merasakan
banjir yang ada. Tentu Pak Ahok tidak begitu saja meninggalkan mereka
dan sebodo teing dengan apa yang dirasakan oleh warga yang menolak.
Pada Akhirnya…
Ahok pun datang dan menanyakan sekali
lagi. Dan pada akhirnya warga Bukit Duri menerima untuk direlokasi. Maka
dengan persetujuan warga, Pak Ahok tentu mendapatkan kesempatan untuk
dipilih di sana.
Ketika ia terpilih, tentu harapan warga adalah pemprov
dapat melakukan normalisasi. Tujuan hanya satu, kesejahteraan warga.
Saya salut dengan kebesaran hati warga Bukit Duri! Salam tidak banjir!
Dari kasus Bukit Duri, kita belajar bahwa…
“Kebenaran akan selalu dibutuhkan, meskipun pada awalnya senantiasa ditolak. Kejahatan pada awalnya selalu diterima, meskipun pada akhirnya membawa petaka.” – Gue gitu loh
Betul kan yang saya katakan?
Klik disini untuk membaca buah pemikiran saya yang lainnya..
https://www.youtube.com/watch?v=XNz2JMlUvhE
0 komentar:
Posting Komentar