Jumat, 17 Februari 2017

Maaf, Sikap Anies yang Sekarang Tidak Patut Dicontoh Oleh Pemuda Indonesia

Maaf, Sikap Anies yang Sekarang Tidak Patut Dicontoh Oleh Pemuda Indonesia

http://ligaemas.blogspot.com/2017/02/maaf-sikap-anies-yang-sekarang-tidak.html

www.LigaEmas.net - Mencermati tulisan Rian Ernest, seorang yang pernah jadi jongos Anies maupun Ahok, saya jadi tergerak untuk menuliskan opini atas sikap Anies yang sekarang tidaklah patut dicontoh oleh pemuda Indonesia.

Kita semua tentu tahu, Anies adalah penggagas Indonesia Mengajar. Kita semua juga tahu, Anies pernah ikut konvensi Capres di Demokrat yang berkunjung kegagalan. Tahun 2014 silam, Anies didapuk menjadi Jubir Jokowi saat Pilpres. Saat Jokowi menang dan melenggang ke Istana, Anies diberi kesempatan menjadi Mendikbud oleh Jokowi. Kita pun semua tahu, Mendikbud Anies hanya bertahan 1 tahun 9 bulan lamanya.

Sekarang kita semua juga tahu, Anies sedang berlaga di Pilgub DKI Jakarta. Ini sebuah langkah politik untuk mengejar ambisi dan hasrat berkuasanya, dan itulah sikap Anies Baswedan yang perlu kita tahu sekarang dan ingin saya katakan.

Dipecat dari Mendikbud pasti punya sakit tertentu di hati Anies. Setelah bercuap-cuap manis untuk memenangkan Jokowi saat Pilpers, pemecatan Anies tentu bikin publik terkaget-kaget, barangkali Anies juga kaget. Kok bisa ya Anies dipecat? Tentu bisa. Mudahnya, Jokowi adalah tipe pemimpin pekerja, yang artinya setiap kebijakan harus punya bukti di lapangan. Ini artinya Anies bukan termasuk tipe pembantu idaman Jokowi. Kinerja Anies yang cukup buruk, seperti anggaran tunjangan profesi guru kelebihan Rp23,3Triliun dan tidak tercapainya target penyebaran KIP, pasti juga merupakan indikator pemberhentiannya.

Setelah pemecatannya, sikap belang Anies mulai menampakkan yang sesungguhnya. Apalagi saat ambisi menguasai Jakarta sudah di ubun-ubun kepala. Anies yang sekarang menampilkan sikap yang tidaklah patut dicontoh oleh generasi muda khususnya. Mari kita bedah satu per satu.

Demi ambisi berkuasa, Anies rela menjadi kutu loncat

Loncat sana-loncat sini, mirip kutu loncat. Itulah Anies yang sekarang. Dulu Anies terbilang sukses menyerang Prabowo saat Pilpres 2014 dengan kata-kata bersayapnya yang pedas, tapi kini Anies malah menjilat ludahnya sendiri hanya demi kejar ambisi. Bergabung dengan Prabowo untuk berkuasa di Jakarta, Anies memijakan satu kakinya mendeklarasikan Prabowo di Pilpres 2019 nanti.

Semua berhak menjadi pemimpin daerah, termasuk Anies. Namun sayang beribu sayang, cara tidak elegan Anies menuju kursi pemimpin lah yang buat saya kecewa atas langkah politiknya sekarang. 

Bergabung dengan Prabowo tak mengapa, tapi Anies tidak perlulah melukai Anies yang dulu. Lihat saja cuap-cuapnya Anies saat Pilpres 2014 lalu, dan bandingkan dengan Anies yang sekarang. Anies sudah berbeda jauh. Contohnya yang ini.

http://ligaemas.blogspot.com/2017/02/maaf-sikap-anies-yang-sekarang-tidak.html

Bagaimana? Kalau dari saya, Anies yang sekarang adalah seorang oportunis sejati demi kejar ambisi. Titik.

Sikap Anies jika di sekolah, diumpamakan layaknya guru killer. Kemarin bilang tidak ulangan, esoknya malah jadi ulangan. Dan seperti yang saya kemukakan di atas, perubahan 180 derajat dari sikap Anies inilah yang saya katakan sebagai kejar ambisi = jadi kutu loncat tak mengapa asal bisa berkuasa. Rezeki mana ada yang tahu, mungkin motivasi ini yang sekarang ada di kepala Anies.

Sikap Anies di poin pertama ini sangat berdampak pada poin selanjutnya…

Demi lumbung suara, Anies rela mengorbankan rasa toleransinya

Sudah tampak di muka, Anies memainkan sentimen Agama di Pilgub kali ini demi mendulang suara warga Jakarta yang mayoritas beragama Islam. Mendekatnya Anies ke FPI tentu jadi barang bukti bahwa Anies tidaklah mencintai toleransi umat beragama di Indonesia.

Anies pernah mampir ke markas FPI di Pertamburan. Maksudnya sangat jelas untuk mencari dukungan. Baru kemarin pula Anies dkk (Agus, Sandi, dan Sylvi) juga ikut aksi 112 di Masjid Istiqlal, dimana di sana ada barang konyol, yakni ada sumpah setia untuk memilih Gubernur muslim dan mengabdi pada Rizieq. Anies dkk juga ikut mengucapkan sumpah. Ini jelas penusukan tajam terhadap hati masyarakat Indonesia yang beragama non-muslim.

Apa perasaan saya yang juga muslim kala mengetahui hal itu? SAKIT HATI! Sangat sadis. Hanya untuk memenangkan suara terbanyak, Anies dkk rela memutus tali persaudaran berbangsa dan bernegara yang dimana tertuang pada Bhinneka Tunggal Ika.

Khusus Anies, coba bayangkan bagaimana perasaan anak-anak muda yang beragama non-muslim mendengar Anda mendukung bahwa pemimpin haruslah muslim? Saya rasa mereka akan sakit hati. 

Maka, di manakah letak toleransi Anda yang pernah jadi Mendikbud terhadap keberagaman dan kemajemukan di negeri ini? Hilang dimakan ambisi kuasai DKI ya? Oke.

Sebenarnya, Bhinneka Tunggal Ika sudah cukup menggambarkan kita harus bersikap seperti apa dalam bertoleransi di Indonesia.

Demi Pilgub DKI Jakarta, Anies rela bertampak dua demi warga

Sikap santun dan berjanji manis adalah kunci utama Anies bisa melenggang ke putaran kedua nanti. Berbeda dengan Ahok yang dinilai keras dalam bersikap, Anies hadir dengan perawakannya yang santun dan janji-janji manisnya. Banyak warga DKI yang tertipu dengan pencitraan Anies ini, tanpa mau buka mata dan kepala akan hikmah dari rekam jejak Anies sebelumnya.

Anies adalah seorang Mendikbud pecatan di era Jokowi. Loncat sana-sini demi ambisi bukti bahwa Anies itu oportunis sejati. Sekarang apapun akan dilakukannya demi raih kursi DKI. Strateginya, mendulang suara warga dengan tampilan santun tapi pahit nanti, saat semua janji manisnya tidak lahirkan bukti, dan warga Jakarta hanya bisa mengernyitkan dahi karena salah memilih tadi. Semoga kerusakan ini tidak akan terjadi.

Berbeda dengan program Ahok yang sudah kasih bukti, Anies mestinya mengedukasi masyarakat dengan programnya yang masuk akal, bukan mengakali primordial masyarakat yang masih banyak demi peroleh suara. Pun di mata saya beberapa program Anies kelewat aneh, seperti rumah murah tanpa DP. 

Rata-rata program yang ditawarkan Anies cenderung teori tanpa penjelasan eksekusinya bagaimana.

Anies cukup cakap mengonsepkan solusi, tapi tidak bisa mengeksekusinya, Ahok jago hal ini. Beresin masalah Jakarta tidak bisa dengan teknis yang tidak jelas, semua harus jelas bagaimana A-Z nya di lapangan. Hemat saya, Anies tidak bisa beresin masalah Jakarta. Anies terjebak dengan teori-teorinya, seperti layaknya dosen. Oh, saya rasa Anies bukan dosen lagi, sebab ketiga sikap di atas membuktikan hal ini. Anies memang lebih cocok jadi pengejar ambisi. Mudah-mudahan pemuda masa depan Indonesia mengerti hal ini.

Salam.



0 komentar:

Posting Komentar